Sabtu, 18 April 2015

Memori Putih Abu Ku

WAKTU.. Ia terasa berjalan lebih cepat ketika perpisahan berada tepat di depan kita. Sudah merupakan rumus baku dunia, bahwa setiap pertemuan harus ditutup dengan perpisahan. Khalil Gibran pernah berkata “Cinta tak mengetahui kedalamannya, sampai ada saat perpisahan.” 

Kali ini kenangan menghantarkanku menuju kelas belajar, dimana di setiap sudutnya tampak bermacam raut wajah. Yang tertawa, sedih, mengantuk, wajah wajah yang terlihat jenius ataupun wajah siswa yang selalu mencontek saat ujian. dan hey, aku bahkan melihat wajah wajah temanku yang konyol sedang berfoto ria. Meja meja yang berserakan, laci yang penuh dengan sampah dan papan tulis putih yang turut menghiasi kelas itu.

Sejenak, mungkin kenangan menerbangkan ku pada masa masa yang baru saja kita lewati bersama. Tertawa bersama, selfie, menonton film, bernyanyi dengan seenaknya, masa masa dimana kita lupa bahwa ada hari dimana kita akan berdiri terpaku menatap proyektor hati yang tengah me-reka ulang semua hal indah yang pernah dan sudah kita lakukan. Terutama saat saat terakhir duduk di bangku SMA yang mana takkan ada lagi masa seindah ini. Dengan tatap setengah sadar, ku mencoba menghadirkan kembali suasana itu, namun setiap kenangan yang coba kuhadirkan justru membuatku menghirup sesaknya udara rindu.

Kadang, dengan mengorbankan hati tersayat rindu, aku berhasil membawa kembali mereka dalam kenangan. Melihat raut wajah riang tengah bercanda. Wajah wajah yang memanggil, bertanya tentang PR, soal-soal, tugas, pelajaran yang belum dimengerti. Mereka tersenyum, ingin rasanya membagi kebahagiaan bersama mereka. Ada pula wajah yang merengut meminta teman lainnya membersihkan kelas sesuai jadwal piket pada hari itu. Beberapa sahabat tersenyum, saling merangkul. Terasa kental persahabatan yang pernah ada dan tercipta diantara kita.

Ingatlah semua yang telah kita lalui bersama. Ingatlah saat kita pulang dari bimbel sore dengan lelahnya. Ingatlah ketika kita ngantuk berjamaah saat pelajaran kimia. Ingatlah saat kita lari bersama mengelilingi lapangan sekolah. Ingatlah saat kita dihukum bersama karena bermain gitar dengan seenaknya. Ingatlah saat kita mencangkul dan membersihkan taman bersama.

Berdo'alah, terus belajar yang giat, berusaha dengan kerasnya, hingga kesuksesan dapat diraih dengan segera. Dan ketika kesuksesan berada dalam genggaman, InsyaAllah 'kesuksesan' itu akan membawa kita kembali bersama, menerawang menatap lagi gambaran sahabat sahabat kita. senyumnya, tawanya, sedihnya, pintarnya, bodohnya, dan konyolnya. Semua itu akan hadir di depan kita. Tumpukkan kenangan akan hadir di depan kita. Ketika kita kembali bersama

Lambat laun, kenangan tetaplah kenangan dan aku harus kembali ke dunia nyata. Aku tahu setiap kita pasti ingin mengulang kembali masa masa indah bersama sahabat. Tapi seberapa keras pun kita mencoba, masa masa itu telah menjadi kenangan, tercatat di harian sanubari yang sayangnya tak dapat kita ulang dari awal kembali. 

”Jabat tanganku, mungkin untuk yang terakhir kail, kita berbincang, tentang memori di masa itu,,,Peluk tubuhku, usapkan juga air mataku, kita terharu seakan tiada bertemu lagi. Bersenang-senanglah, karena hari ini yang kan kita rindukan, di hari nanti, sebuah KISAH KLASIK tuk masa depan. Bersenang-senanglah, karena waktu ini yang kan kita banggakan, di hari tua…..Sampai jumpa kawanku..Semoga kita selalu,,Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan….Mungkin diriku, masih ingin bersama kalian, mungkin jiwaku, masih haus sanjungan kalian”(Kisah klasik untuk masa depan, by; Sheila on 7)




Teruntuk : 
Sahabat Sahabat 12IPA1 (Elvoscene)
Senior Junior yang turut menghiasi masa putih abu-abu

Special Thanks:
Guru-guru yang telah berjasa memberikan ilmu dan pengalaman hidup yang sangat berharga